Hasratku

Hasratku
Liturgi 30 Agustus 2020
Yeremia 20:7-9
Roma 12:1-2
Matius 16:21-27

Mungkin pertanyaan sederhana ini dapat menjadi permenungan kita bersama. 
Apa yang menjadi hasrat dalam hidupku? 
karier,harta, pernikahan, teman, pacar, kesenangan hidup atau hal yang lain lainnya. 
dan tentunya ketika sesuatu itu menjadi hasrat dalam hidup ini, kita akan berusaha mendapatkannya bahkan ada yang rela mengorbankan waktu, energi dan atau yang lainnya tuk mendapatkan apa yang menjadi hasrat hidupnya. 

Sebagai contoh, ketika seorang berpikir karier berguna dalam hidupnya, maka sepanjang waktu orang ini terus menerus bekerja sampai lupa makan, lupa pulang kerumah, mengabaikan serta mengorbankan kesehatannya dan keluarganya. 
Atau juga ketika seorang berpikir kesenangan hiduplah yang berguna dalam hidup ini, dan menjadi hasrat hidupnya maka orang ini akan berusaha untuk mendapatkan apa yang memuaskan hatinya,  
terjebak dalam gaya hidup Hedonisme, semua berpusat dengan apa yang saya senangi dan inginkan. 
apa yang dipikirkan, apa yang dilakukan adalah menurut senangku, menurut keinginanku, menurut pikirku. 
Mengabaikan nasehat baik dan mengorbankan kebaikan yang ada. 

Apa yang menjadi hasrat dalam hidupku? 
Hasrat adalah keinginan yang kuat (KBBI) 
Hasrat dalam hal yang sederhana bisa dikatakan sebagai gairah atau passion.  
Hasrat kita tanpa disadari kerapkali dipengaruhi oleh lingkungan,keadaan atau hasrat orang lain, 
Dan akan mempengaruhi pola pikir, keputusan bahkan kehidupan kita. 

Sang Guru setelah memberikan pertanyaan yang menjadi dasar iman kepada para murid maka Ia mulai menjelaskan tentang "perjalanan" dalam hidupNya adalah melakukan kehendak Bapa. 
KecintaanNya kepada Bapa
KetaatanNya kepada Bapa 
Membawa Sang Guru menuju Yerusalem
Membawa Sang Guru menuju jalan salib. 
Hasrat Sang Guru adalah untuk kemuliaan Bapa. 
Ia pun menegur Petrus dengan keras 
"Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, 
sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, 
melainkan apa yang dipikirkan manusia."
Manakala Petrus mulai mencoba menghalangi dan mempengaruhi Sang Guru.

 
Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: 
"Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! 
Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau."
Matius 16:22

Meskipun dengan sebuah dalih yang mengatasnamakan Allah 
tetapi sebenarnya Petrus memakai pemikirannya dan kehendak dirinya sendiri. 
Tegas dan jelas bagi Sang Guru bahwa melakukan kehendak Bapa adalah hasrat terbesar dalam hidupNya didunia, 
Tidak ada satu hal pun yang dapat membuatNya berpaling. 

Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? 
Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?
Matius 16:26

Sang Guru tidak pernah berkompromi dengan kehendak dan pemikiran manusiawi yang lebih mengutamakan kesenangan duniawi dan kepentingan diri. 
Bagi Sang Guru segala sesuatu yang menghalangi hasratNya adalah iblis.
Dunia tidak akan dapat mempengaruhi hasrat hidupNya.

Bisa saja Petrus saat itu 
menjadi gambaran kita saat sekarang, 
kita berpikir bahwa hasrat kita adalah tentang keinginan dan kenyamananku didunia ini.
Tentang senangku, 
Tentang hidupku, 
Tentang apa yang ku kehendaki. 
tidaklah ada hubungannya dengan kehendak dan rencana Tuhan. 
tidaklah perlu memikirkan hal hal lainnya, yang penting diriku dan inginku. 

Dan ketika hasrat itu mulai mempengaruhi hidup kita,  maka kita mulai terjebak didalamnya dan berusaha memperolehnya dengan segala upaya dan cara, 
Kita berupaya mendapatkan dunia kita sendiri.
melupakan bahkan mengorbankan nilai nilai prinsip dan moral yang ada. 
Betapa bodohnya diri kita ketika kita menyangka hasrat hidup seperti ini adalah sebuah kebaikan bahkan sebuah kebenaran yang mengatasnamakan Allah seperti Petrus yang mengatasnamakan Allah tetapi pemikiran dan hasratnya untuk ego serta kepuasan diri. 

Perhatikanlah dan jujurlah pada diri sendiri, 
Apa hasrat dalam hidupku saat sekarang? 
Apakah yang ku lakukan sudah seturut kehendak Allah atau hanya menurut pikirku saja.
Apakah hasrat hidupku merupakan batu sandungan bagi diriku tuk melakukan kehendak Allah. 
Apakah diriku saat sekarang telah menjadi serupa dengan dunia ini,  yang hanya melihat segala sesuatu dalam hal hal duniawi
membuatku berfantasi meraih dunia meski dengan mengabaikan akal budi yang sehat dan kehendak Bapa disurga. 
Membuat ku beronani dalam jiwa hanya untuk kepuasan semu saja. 

Apa yang menjadi hasrat hidupku? 
Setidaknya kita dapat belajar tuk menempatkan hasratku dalam porsi yang sebenarnya.
dengan akal budi yang kita miliki,
Kita dapat mengetahui apakah hasrat hidupku berkenan kepada Allah 
dengan akal budi seharusnya membuat kita tahu apakah hasrat hidupku ini sungguh adalah hal yang baik dan menjadi kehendak Allah dalam hidupku 
Atau hanya nafsu bodoh dan pemuas egoku saja. 

Apa hasrat dalam hidupku? 
Setidaknya kita dapat belajar dari nabi Yeremia yang tidak mengeraskan hati 
ketika suara suara kebaikan itu bagaikan api yang menyala 
Dan sangat melelahkan jiwa ketika nabi Yeremia mengabaikannya.
Semoga kita dapat juga mendengarkan suara suara kebaikan dan tidak mengeraskan hati kita dan menemukan hasrat terdalam didalam perjalanan hidup kita. 

Fiat Lux


Roma 12:2  Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.

#passion of Christ

Komentar