Imanku
Liturgi 31 Agustus 2020
1 Korintus 2:1-5
Lukas 4:16-30
supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia,
tetapi pada kekuatan Allah.
(1 Korintus 2:5)
Hikmat : kebijakan, kearifan (Kbbi)
Dalam perjalananan hikmat manusia kerapkali dihubungkan oleh pikirku dan rasaku.
Dalam suatu moment Sang Guru kembali kekampung halamanNya,
Ia berkesempatan mengajar dirumah ibadat
Ia mengutip kitab Yesaya 61
dan berkata
"Pada hari ini
genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya."
(Lukas 4:21)
Semua mata tertuju pada Sang Guru dan Banyak yang membenarkan Dia,
Namun disisi yang lain orang orang ini juga menjadi marah karena permintaan mereka ditolak oleh Sang Guru.
Sang Guru mengetahui apa yang mereka pikirkan yaitu "menahan" Sang Guru sesuai dengan keinginan mereka,
menuntut suatu pembuktian akan kuasa Sang Guru.
Orang orang ini justru melihat kehadiran Sang Guru hanya untuk kepentingan diri mereka.
Pikir mereka, Sang guru dapat disandera,
Pikir mereka, Sang Guru dapat dikendalikan oleh kendali mereka.
Mereka menuntut Sang Guru untuk melakukan hal yang menurut pikiran mereka dan mau mereka.
Saat sekarang kita juga sering melihat,
Banyak orang yang berkata tentang Tuhan
Tetapi Hidupnya tidak sepenuhnya menuruti kehendak Tuhan.
Tuhan seakan akan harus turut dengan pikiran dan apa yang ku rasa.
Kita menjadikan pikiran kita adalah Tuhan atas diri kita meskipun kita mengatasnamakan Tuhan Allah.
Kita menahan Tuhan, mensandera Tuhan ,mengendalikan Tuhan dalam pikiran dan inginku
Kita dapat melihat kebenaran yang disampaikan oleh Sang Guru,
Melalui Roh Kudus,
Melalui kitab Suci dan juga ajaran GerejaNya
Melalui pendidikan iman yang telah kita terima.
Namun dalam perjalanan hidup keimanan kita,
iman kita bisa turun,garing bahkan hilang karena iman kita dikuasai dan dikendalikan sepenuhnya oleh pikirku dan rasaku.
Dengan pikirku dan rasaku, aku berpikir telah berhikmat.
Dengan pikirku dan rasaku, aku menilai kehidupanku atau hal hal yang terjadi
dan mulai berpikir imanku harus menghasilkan dan menuruti apa pikirku.
Imanku Tidak membawa efek perubahan dalam hidupku karena apa yang ku pikirkan dan ku mau tidak Tuhan kabulkan.
Dengan hikmatku, justru aku mengendalikan Tuhan, mensandera Tuhan.
Tuhan harus mengikuti apa pikirku dan inginku.
Imanku bergantung dengan hikmatku bukan kekuatan dari Allah.
Imanku menjadi mudah terombang ambing
Imanku menjadi mudah ikut ikutan
Imanku menjadi ikut apa yang ku suka
Bahkan bisa saja ku menolak imanku dan membuang imanku karena tidak berjalan dengan pikirku dan mauku.
Aku menciptakan Tuhan sendiri didalam pikirku dan rasaku.
Sejatinya Kebenaran iman tetaplah sebuah kebenaran yang tidak akan berubah oleh karena hikmat manusia.
Sejatinya iman adalah kekuatan yang menggerakkan kehidupan kita,
Yang membawa kita kepada kebenaran dan keselamatan ( klik disini )
Iman sejati adalah berserah kepada Tuhan dan mengikuti kehendak Tuhan,
Menerima Tuhan sebagai tuan atas pikiranku, keinginanku, kekuatanku dan hidupku.
Sejatinya imanku dapat berdiri dengan kokoh disetiap perjalanan hidup ini,
Dalam kesenangan hidup ataupun dalam kesulitan hidup
Karena kita menggantungkan iman kita pada kekuatan Allah bukan kepada hikmat manusia.
Seperti Santo paulus yang dalam menghadapi orang orang, ia memilih untuk tidak mengandalkan hikmat manusia tetapi selalu mengandalkan kekuatan Allah.
Fiat Lux
Komentar
Posting Komentar