The messenger
Yesaya 41:13-20
Matius 11:11-15
Dalam kedua bacaan Liturgi hari ini (dibaca dulu ya sob)
Kita bisa menarik benang merahnya,
salah satunya adalah nabi Yesaya dan nabi Yohanes pembaptis adalah seorang pembawa pesan dari Allah dengan semangat Injili.
Pada saat bangsa Israel sedang hancur lebur didalam pembuangan Babel.
Mereka mengalami krisis iman dan harapan serta penderitaan secara fisik.
Dan Yesaya hadir ,diutus membawa pesan dari Allah.
Dalam bacaan 1, kita bisa melihat pesan Yesaya bercirikan kedaulatan Allah yang memberi harapan pasti.
Allah adalah Allah yang setia dan penuh kasih kepada umatNya, Ia penolong orang orang yang patah hati dan remuk redam.
"jangan takut" Allah akan bertindak seperti yang disampaikan Nya melalui Yesaya.
Yesaya adalah pembawa pesan yang meneguhkan dan membangkitkan semangat yang hampir padam.
Yesaya menjadi pembawa pesan dengan "membesarkan hati"
Membawa harapan bagi bangsa Israel yang menuntun kepada sebuah pertobatan hidup.
Dan bacaan Injil berbicara Yohanes Pembaptis yang dipuji oleh Tuhan Yesus sebagai seorang nabi yang besar namun memiliki kerendahan hati dan semangat injili.
Ia begitu menyadari bahwa dirinya adalah seorang utusan, pembawa pesan untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan.
Pembawa pesan adalah orang orang yang diutus Allah untuk memberitakan kebenaran, kebaikan dan harapan.
Yang Dalam pelaksanaannya dipenuhi oleh kasih dan penghiburan , semangat dan pertobatan.
Tidak dengan ancaman ataupun kata kata yang menimbulkan perpecahan dan perselisihan.
Kitapun juga diutus menjadi pembawa pesan Injil,
Namun tidak jarang kita membawa pesan Injil ini dengan ancaman,kekecewaan, ketakutan dan juga perselisihan.
Ada seorang teman,
mensharingkan ketika istrinya sakit,
Banyak yang menjenguknya namun kebanyakan dari mereka justru tidak membawa kegembiran.
Kehadiran mereka membawa banyak pertanyaan seperti seorang wartawan dan hakim, yang dapat membawa kekuatiran dan kesedihan.
Dan akhirnya teman ini memutuskan melarang teman temannya membesuk.
Sadar atau tidak kita sadari, kita kerapkali menjadi pembawa pesan dari Tuhan namun dengan pola pikir kita sendiri, menurut mau kita,
Atau untuk memuaskan ego kita dan juga untuk kebesaran diri sendiri.
Pemberitaan Injil hendaknya disemangati oleh harapan dan kasih agar setiap orang yang menerimanya juga dipenuhi oleh harapan dan kasih.
Semoga kita semua menyadari tugas dan perutusan kita masing masing dengan semangat Injili.
Tetap setia
Tetap semangat
Fiat Lux
Komentar
Posting Komentar